Pages

Kamis, 07 November 2013

sosiologi

Asalamualaikum bagi orang beragama islam, dan selamat datang bagi orang selain beragama islam.
SOSIOLOGI LENGKAP BANGET
BAB I
BERKENALAN DENGAN SOSIOLOGI
A. Pengertian Sosiologi
Istilah Sosiologi berasal dari kata; Socius dan Logus. Socius berarti teman / kawan. Logus berarti ilmu. Dapat dikatakan secara lebih luas sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat.
Beberapa definisi sosiologi menurut para ahli
1. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari :
¤ Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga & moral, hukum dan ekonomi. Gerak masyarakat dan politik, dsb.
¤ Hubungan dan saling pengaruh antara gejala – gejala sosial & gejala non sosial. Misalnya gejala – gejala geografi biologis dan sebagainya.
¤ Ciri – ciri umum semua jenis gejala – gejala sosial.
2. Mayor Polak
Sosiologi adalah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan.
3. Roucek & Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok.
4. Selo Soemardjan & Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial & proses – proses sosial. Termasuk perubahan – perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur – unsur sosial yang pokok. Proses sosial adalah pengarah timbal balik antara berbagai segi kehidupan.
Inti dari definisi diatas mempunyai kesamaan yaitu sosiologi adalah hubungan / interaksi antar manusia dalam masyarakat.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari / dikaji interaksi manusia dengan manusia lain dalam kelompok (keluarga, kelas sosial masyarakat) dan produk – produk yang timbul dari interaksi tersebut seperti nilai, norma serta kebiasaan – kebiasaan yang dianut oleh kelompok / masyarakat tersebut.
B. Obyek Kajian Sosiologi
Objek kajian sosiologi adalah manusia. Sosiologi mempelajari manusia dari aspek sosial yang disebut masyarakat. Istilah masyarakat sering digunakan untuk menyebut kesatuan hidup manusia. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu & terikat oleh rasa identitas bertema.
Ciri – ciri masyarakat :
¤ Adanya manusia yang hidup bersama yang dalam ukuran minimal 2 orang atau lebih.
¤ Adanya pergaulan dan kehidupan bersama antara manusia dalam wantu yang cukup lama.
¤ Adanya kesadaran bahwa mereka yang menghasilkan kebudayaan.
C. Sosiologi Sebagai Ilmu
Menurut Soerjono Soekanto ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika)
unsur pokok ilmu pengetahuan yang tergabung dalam satu kebulatan yaitu sebagai berikut :
¤ Pengetahuan (Knowledge)
¤ Tersusun secara sistematis
¤ Menggunakan pemikiran (logis dan rasional)
¤ Terbuka terhadap kritik (objektif)
Sifat ilmu pengetahuan :
1. Empiris didasarkan pada obsesi (pengamatan) terhadap kenyataan dan menggunakan akal sehat.
2. Teoritis menyusun abstraksi dari hasil – hasil obsesi abstraksi adalah kerangka & unsur yang tersusun secara logis tujuannya untuk menjelaskan antar hubungan & sebab sehingga menjadi teori.
3. Kumulatif dasar – dasar teori yang diperluas diperbaiki dan diperhalus.
4. Natetis inti persoalan yang bertujuan untuk mencapai & menjelaskan fakta tersebut.
Sifat hakikat sosiologi sebagai berikut :
¤ Sosiologi merupakan ilmu sosial
¤ Sosiologi merupakan ilmu murni
¤ Sosiologi adalah ilmu yang abstrak
¤ Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan pola – pola umum interaksi
¤ Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan empiris rasional
¤ Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum.
D. Lahirnya Sosiologi
Latar belakangnya adalah perubahan masyarakat di Eropa Barat akibat revolusi industri (Inggris) dan revolusi Prancis.
Yang pertama kali membuat deskripsi ilmiah atas situasi sosial adalah Auguste Comte.
1. Auguste Comte (1798 – 1857)
Seorang ahli filsafat berkebangsaan Prancis yang dikenal sebagai Bapak Sosiologi.
3 tahap yang dialami manusia menurut Auguste Comte :
1) Jenjang teologi mengacu pada hal yang bersifat adikodrati.
2) Jenjang metafisika mengacu pada kekuatan – kekuatan metafisik / abstrak
3) Jenjang positif jenjang ilmiah.
¤ Ia mengatakan bahwa sosiologi mirip satu ilmu – ilmu sosial dan menempati peringkat teratas dalam hirarki ilmu – ilmu sosial .
¤ Ia membagi ke dalam dua bagian besar, yaitu statika sosial yang memiliki stabilitas dan kemantapan dan dinamika sosial yang mewakili perubahan.
2. Karl Marx (1818 – 1883)
Latar belakang pemikirannya adalah adanya ekspbitasi besar – besaran yang dilakukan oleh para pemilih moda / pengusaha (kaum kapitalis / yang dikenal juga dengan istilah kaum borjuis) terhadap kaum buruh (yang disebut juga dengan kaum proletur).
3. Herbet Spencer (1820 – 1903)
Ia adalah orang Inggris yang menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Menurutnya objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri.
Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kepta, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuanserta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.
4. Emile Durkhem (1858 – 1917)
Menurutnya sosiologi meneliti lembaga – lembaga dalam masyarakat dan proses – proses sosial. Ia mengadakan pembagian sosiologi dalam 7 bagian yaitu :
1) Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
2) Sosiologi agama
3) Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, sosial, perkawinan, dan keluarga.
4) Sosiologi tentang kejahatan
5) Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran – ukuran penelitian dan kelompok kerja.
6) Sosiologi yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan.
7) Sosiologi estetika
Salah satu bukunya yang terkenal berjudul rules of sociological method (1895) yang menyoroti metodologi yang digunakan dalam penelitian klasiknya tentang bunuh diri.
5. Max Weber (1864 – 1920)
Menurutnya sosiologi sebagai ilmu berusaha memberikan pengertian tentang aksi – aksi sosial. Andiisanya tentang wewenang, birokrasi sosiologi, agama, organisasi – organisasi, ekonomi dan sebagainya. Tokoh – tokoh sosiologi di Indonesia antara lain Selo Soemardjani Soelaeman Soemardi, dan Hassan Shadily.
E. Manfaat Sosiologi
¤ Sosiologi membantu memahami pola – pola interaksi sosial, kontrol sosial, status, dan peranan sosial dalam masyarakat.
¤ Memahami nilai – nilai norma, tradisi dan keyakinan yang dianut.
¤ Membantu bersikap tanggak, kritis, dan rasional terhadap setiap kenyataan sosial dalam masyarakat serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat terhadap berbagai kenyataan sosial itu.
BAB II
TINDAKAN DAN INTERAKSI SOSIAL
A. Pengertian
1. Tindakan sosial
Tindakan adalah perbuatan manusia yang dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu dan tujuan tertentu yang dikenal / diperolehnya melalui proses belajar.
Tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Tindakan sosial adalah suatu perbuatan / aktivitas manusia yang dilakukan dengan berorientasi pada / dipengaruhi oleh orang lain.
Tindakan manusia dapat dikelompokkan dalam kriteria sebagai berikut:
a) Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
b) Muncul dari luapan emosi yang dapat bersifat positif / negatif
c) Implementasi dari ciri kebudayaan yang dianutnya
2. Interaksi sosial
Interaksi adalah hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan melalui hubungan timbal balik.
Interaksi terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi dari individu – individu yang lain oleh karena itu, interaksi terjadi dalam waktu kehidupan sosial interaksi sosial mirip sarana atau alat dalam mencapai kehidupan sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis antara individu dan individu, kelompok dan individu / antara kelompok dan kelompok dalam bentuk kerja sama, persaingan / pertikaian interaksi sosial mirip hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan – tindakan yang didasarkan dalam masyarakat.
ciri – ciri interaksi sosial :
¤ Pelaku lebih dari 1 orang
¤ Komunikasi antar pelaku dan symbol – symbol yang digunakan
¤ Dimensi waktu
¤ Bertujuan
Hakikat interaksi terletak pada kesadaran mengarahkan tindakan pada orang lain. Harus ada orientasi timbal balik antara pihak – pihak yang bersangkutan tanpa menghiraukan isi perbuatannya.
3. Hubungan antara tindakan sosial dan interaksi sosial
Tindakan mirip syarat mutlak terbentuknya hubungan timbal balik, terjadinya hubungan timbal balik ini disebabkan oleh adanya tindakan dan tanggapan antara dua pihak.
B. Bentuk interaksi sosial
1) Kerja sama
2) Persaingan
3) Akomodasi / penyesuaian diri
4) Pertentangan / pertikaian
Interaksi sosial adalah kunci dari semua segi kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan sosial.
C. Terjadinya interkasi sosial
Syaratnya adalah sebagai berikut :
1) Kontak sosial
Kontak sosial mirip aksi individu / kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku dan si penerima membalas aksi itu dengan reaksi.
Macam – macam kontak sosial
a. Kontak langsung dan tidak langsung
1) Kontak langsung adalah terjadi secara fisik
2) Kontak tidak langsung adalah melalui media massa, TV, radio, telpon, dll.
b. Kontak antar individu, antar kelompok, serta antar individu dan kelompok
1) Kontak antara individu dan individu mempelajari kebiasaan – kebiasaan keluarga
2) Kontak antara kelompok dan kelompok misalnya udi se Jakarta
3) Kontak antara indivudu dan kelompok misalnya belajar mengajar
c. Kontak positif dan negatif
1) Kontak positif mengarah pada suatu kerja sama
2) Kontak negatif mengarah pada suatu pertentangan
d. Kontak primer dan sekunder
1) Kontak primer terjadi bila orang yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan bertatap muka.
2) Kontak sekunder
kontak yang memerlukan suatu perantara / media, baik orang maupun alat.
2) Komunikasi
Komunikasi adalah proses saling memeberikan tafsiran kepada pihak lain dan melalui tafsiran itu seseorang lalu mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud / pesan yang hendak disampaikan oleh pihak lain itu.
Kontak tanpa komunikasi tidak mempunyai arti kontak lebih ditekankan pada orang / klp yang berorientasi sedangkan pada komunikasi yang dipentingkan adalah pemrosesan pesan.
Komunikasi positif dan negatif
Komunikasi bisa menghasilkan kerja sama (positif) bila masing – masing pihak saling memahami maksud dan tujuan pihak lain. Komunikasi bersifat negatif apabila kedua belah pihak saling bertolak belakang.
3) Factor – factor terjadinya interaksi sosial
a. Imitasi
Proses belajar dengan cara meniru / mengikuti perilaku orang lain.
b. Sugesti
Cara pemberian suatu pandangan / pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan tidak piker panjang lagi.
c. Identifikasi
Mengambil kepercayaan dan nilai – nilai orang lain / kelompok sebagai milik sendiri.
d. Simpati
Merasa diri seolah – olah dalam keadaan orang lain dengan mengikuti yang dilakukan, diakui / diderita orang lain.
D. Interaksi sosial sebagai wujud status dan peranan sosial
1. Struktur sosial
Struktur sosial dapat diartikan sebagai jalinan unsur – unsure sosial yang paling pokok. Struktur merujuk pada pola interaksi dari jaringan relasi – relasi sosial hirarkis dan pembagian kerja serta dilandasi oleh kaidah – kaidah peraturan – peraturan dan nilai – nilai sosial budaya.
Status / kedudukan adalah posisi seseorang dalam struktur hirarki, sedangkan peranan adalah perilaku actual dari status. Interaksi timbul atas dasar nilai – nilai yang berkembang dalam suatu golongan masyarakat.
BAB III
NILAI DAN NORMA SOSIAL
A. Nilai sosial
1. Pengertian nilai sosial
Nilai terbentuk apa yang benar pantas dan luhur untuk dikerjakan dan diperhatikan. Nilai bersifat subjektif. Nilai adalah konsepsi abstrak dari diri manusia apa yang dianggap baik dan buruk. Nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan terhadap segala sesuatu yang dianggap baik, penting, luhur dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama.
2. Tolak ukur nilai sosial
Masyarakat harus berubah oleh karena itu tidak ada tolak ukur yang bersifat kekal.
Syarat – syarat tolak ukur yang bersifat tetap adalah sebagai berikut :
a) Penghargaan itu harus diberikan dan disetujui oleh seluruh / sebagian besar anggota masyrakat.
b) Tolak ukur itu hanya diterima sungguh – sungguh oleh masyarakat minimal oleh sebagian besar.
Tolak ukur nilai sosial adalah daya guna fungsional suatu nilai dan kesungguhan penghargaan atau pengakuan yang diberikan oleh seluruh / sebagian besar masyarakat terhadap nilai sosial tersebut.
3. Sumber – sumber nilai sosial
Sumber – sumber nilai sosial ada yang bersifat ekstrinsik dan ada yang bersifat intrinsic. Nilai intrinsic dari nilai sosial adalah harkat dan mertabat manusia itu sendiri. Nilai segala sesuatu bertolak dari nilai intrnsik yang melekat pada harkat kemanusiaan melalui nilai intrnsik ini kita dapat menerangkan nilai sosial benda – benda lain.
4. Jenis – jenis nilai sosial
Menurut dr. Prof. Noto Negoro nilai dibagi menjadi 3 jenis :
1) Nilai material, benda yang berguna bagi manusia
2) Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat hidup dan dapat mengadakan kegiatan.
3) Nilai spiritual, sesuatu yang berguna bagi rohani.
Nilai rohani dibedakan lagi menjadi 4 macam :
1) Nilai kebenaran (kenyataan)
2) Nilai keindahan
3) Nilai moral
4) Nilai religius
5. Ciri – ciri nilai sosial
a) Merupakan hasil dari interaksi sosial antar masyarakat
b) Dapat ditularkan
c) Dibentuk melalui proses belajar
d) Berbeda – beda antar kebudayaan
e) Mempunyai pengaruh yang berbeda
f) Mempengaruhi pengembangan pribadi positif dan negatif
g) Merupakan asumsi – asumsi dari bermacam – macam objek di dalam masyarakat
6. Fungsi nilai sosial
a. Sebagai petunjuk arah dan pemersatu
Cara berpikir dan bertindak seluruh anggota masyarakat umumnya diarahkan oleh nilai – nilai sosial yang mereka yakini nilai sosial juga menciptakan dan melestarikan solidaritas manusia.
b. Sebagai pelindung
Nilai sosial mempunyai fungsi sebagai petunjuk arah dan pemersatu benteng perlindungan, serta pendorong.
c. Sebagai pendorong
Manusia menjadi manusia yang sejati dan bangsa menjadi bangsa sejati berkat keberhasilannya merealisasikan nilai sosial yang bermutu tinggi menjadi kenyataan dalam hidupnya.
Menurut Kluckhohn semua nilai dalam setiap kebudayaan pada dasarnya mencakup 5 masalah pokok yaitu sebagai berikut :
1) Nilai mengenai hakikat hidup manusia. Memahami bahwa hidup itu ada yang buruk dan ada yang baik.
2) Nilai mengenai hakikat karya manusia. Manusia berkarya untuk mendapatkan nafkah, kedudukan dan kehormatan.
3) Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang waktu ada yang berorientasi ke masa lalu, masa kini, masa depan.
4) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam ada yang beranggapan manusia tunduk kepada alam, menjaga keselarasan dengan alam, berhasrat menguasai alam.
5) Nilai mengenai hakikat manusia dengan sesamanya. (gotong royong), (mementingkan diri sendiri)
Nilai sosial menjadi sumber dinamika masyarakat.
B. Norma sosial
1. Pengertian norma sosial
Norma adalah petunjuk hidup yang berisi perintah maupun larangan yang diterapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku manusia di dalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian. Nilai merupakan pola kelakuan yang diinginkan.
2. Daya ikat norma
Norma – norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan pengikat yang berbeda – beda ada norma yang berdaya ikat lemah, sedang dan kuat. Empat pengertian norma, yaitu :
1) Cara (usage)
Norma ini mempunyai daya ikat yang sangat lemah dibanding kebiasaan.
2) Kebiasaan (talkways)
Norma mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi dari cara.
3) Tata kelakuan (mores)
Kelakuan merupakan larangan sehingga secara langsung menjadi alasan agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya.
4) Adat istiadat (custom)
Adat berfungsi sebagai pengatur kelakuan, menurut Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki 3 wujud yaitu nilai, norma, hukum dan aturan kelakuan. Nilai budaya tercermin dalam sikap mental, moral, etika, tingkah laku, serta nilai – nilai hidup dalam rangka hubungan antar manusia, lingkungan alam dan maha pencipta.
3. Jenis – jenis norma
a. Norma tidak resmi (non formal)
1) Norma tidak resmi dirumuskan secara tidak jelas dan tidak diwajibkan pelaksanaannya.
2) Norma resmi (formal)
Norma resmi dirumuskan secara jelas dan diwajibkan pelaksanaannya. Keseluruhan norma formal ini merupakan suatu tubuh hukum yang dimiliki masyarakat modern.
b. Norma – norma utama
Berdasarkan daya ikat sanksinya norma dibagi atas 6 golongan norma agama, norma kesopanan, norma kelaziman, norma kesusilaan, norma hukum dan norma mode.
1) Norma agama
Norma agama adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari tuhan bagi penganutnya agar mereka mematuhi segala perintah dan larangannya. Yang berisikan peraturan hidup yang diterima sebagai perintah, larangan, anjuran yang berasal dari Tuhan.
2) Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari – hari sekelompok masyarakat.
3) Norma kelaziman
Norma kelaziman adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa piker panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan dan sesuai dengan tata krama.
4) Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah pedoman yang mengandung makna and dianggap penting bagi kesejahteraan masyarakat dan dianggap sebagai aturan yang dating dari suara hati sanubari manusia.
5) Norma hukum
Hukum adalah aturan tertulis maupun tidak yang berisi perintah atau larangan yang memaksa dan yang akan memberikan sanksi yang tegas bagi setiap orang yang melanggarnya. Hukum mempunyai 2 aspek :
1. Aspek sistem norma
2. Aspek kontrol sosial dan dilengkapi dengan aspek hukum lain yaitu hukum sebagai konkretisasi / perwujudan dari sistem nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat. Hukum sebagai sistem norma – norma berfungsi untuk menertibkan dan menstabilkan kehidupan sosial.
6) Norma mode
Mode adalah cara dan gaya dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah – ubah serta diikuti oleh banyak orang. Cirri – cirri utama mode adalah bahwa orang mengikutinya bersifat massal, bahwa kalangan luas menggandrunginya.
BAB IV
KETERATURAN DAN KONFLIK
A. Pengertian keteraturan sosial
Keteraturan sosial adalah suatu keadaan dimana hubungan sosial berlangsung dengan selaras, serasi, dan harmonis menurut nilai – nilai dan norma – norma yang berlaku. Sedangkan konflik adalah keadaan dimana interaksi tidak berlangsung menurut nilai dan norma sehingga timbul pertentangan / pertikaian.
Bentuk nyata dari keteraturan adalah adanya keselarasan atau kerja sama dalam interaksi sosial. Secara konseptual, lingkungan kehidupan sosial masyarakat meliputi 3 unsur, yaitu proses sosial, struktur sosial, dan perubahan sosial. Proses sosial adalah segi dinamis dari sutau struktur sosial. Struktur sosial adalah rangkaian aspek – aspek sosial pokok dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah pergeseran formasi masyarakat yang terjadi dalam struktur sosial yang disebabkan oleh adanya perkembangan kebutuhan hidup (bersifat dinamis).
Menurut Soerjono Soekanto landasan interaksi umumnya ada 2 yaiut :
1) Meliputi kekuasaan nyata, kekayaan material, prestasi ampuls dan emosi.
2) Mencakup logika, etika dan estetika.
Interaksi dapat menciptakan keteraturan sosial berdasarkan hal – hal sebagai berikut :
¤ Kebutuhan nyata (lahir batin)
¤ Efisiensi pengaturan pergaulan manusia
¤ Keefektifa (tujuan hidup)
¤ Penyesuaian diri pada kebenaran
¤ Penyesuaian diri pada kaidah – kaidah yang berlaku (norma – norma)
¤ Sikap tidak memaksakan kehendak secara mental dan fisik
B. Terjadinya kerja sama dan konflik
Interaksi sosial dapat dikendalikan pada dua macam proses sosial
1) Proses asosiatif, menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota – anggota kelompok.
2) Proses disosiatif membawa ke arah perpecahan (konflik).
C. Keteraturan sosial dan proses asosiatif
1) Kerja sama
Kerja sama adalah usaha bersama manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
a. Bentuk – bentuk kerja sama
1) Tawar menawar (bergainning) perjanjian antara pihak yang bersangkutan.
2) Kooptasi (koortation) proses penerimaan unsure – unsure baru oleh pemimpin suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari konflik.
3) Koalisi (coalition) ialah kombinasi antara dua organisasi / lebih dengan tujuan yang sama.
4) Usaha parungan (join venture) ialah kerja sama dalam pengusahaan proyek – proyek tertentu.
a. Motivasi untuk kerja
Yang mendorong untuk kerja sama :
1. Orientasi
2. Ancaman dari luar
3. Rintangan dari luar
4. Tersinggung / dirugikan
5. Keuntungan pribadi
6. Menolong
2) Akomodasi
akomodasi adalah usaha penyesuaian diri untuk mencapai keseimbangan sosial. Akomodasi memiliki tujuan antara lain :
1) Mengurangi pertentangan antara kelompok / individu
2) Mencegah terjadinya suatu pertentangan, secara temporer
3) Memungkinkan terjadinya kerja sama antar individu / kelompok
4) Mengupayakan peleburan antara kelompok – kelompok sosial yang berbeda
Bentuk – bentuk akomodasi :
1) Koersi (paksaan)
2) Kompromi (akomodasi)
3) Arbitrasi
4) Mediasi
5) Konsilisasi
6) Toleransi
7) Stalemate
8) Ajudikasi
9) Resionalisasi
3) Asimilasi
Asimilais adalah usaha mengurangi perbedaan untuk mempertinggi persamaan demi tujuan bersama.
a) Bentuk – bentuk asimilasi
1) Pendekatan
2) Halangan / pembatasan
3) Langsung & primer
4) Frekuensi
b) Factor yang mempengaruhi asimilasi
1) Toleransi
2) Adanya kesempatan yang seimbang
3) Sikap saling menghargai kebudayaan
4) Sikap terbuka
5) Pengetahuan akan persamaan unsure – unsure kebudayaan
6) Perkawinan campur (amalganation)
7) Adanya musuh bersama
D. Konflik dan proses disosiatif
Proses disosiatif sering disebut proses opisisi, untuk kepentingan analisis oposisi yang disosiatif dibedakan dalam 3 bentuk yaitu :
1. Persaingan
2. Kontravensi
3. Pertentangan
1. Persaingan
Persaingan adalah usaha mencari keuntungan tanpa menggunakan ancaman / kekerasan.
a) Bentuk – bentuk persaingan
a. Persaingan dalam bidang kebudayaan
b. Persaingan di bidang ekonomi
c. Persaingan kedudukan dan peranan
d. Persaingan ras
2. Kontravensi
Kontravensi adalah proses antara persaingan dan pertikaian.
a) Bentuk – bentuk kontravensi
1) Umum (perbuatan)
2) Sederhana (menyangkut perkataan orang lain)
3) Intensif (penghasutan dan pengecewaan pihak lain)
4) Rahasia (pengkhianatan)
5) Taktis (mengejutkan kawan)
b) Tipe – tipe kontravensi
1) Kontravensi generasi masyarakat, terjadi karena perubahan
2) Kontravensi seksual, menyangkut hubungan suami istri
3) Kontravensi parlementer, bersifat agak tertutup / rahasia
3. Pertentangan
Pertentangan adalah proses sosial untuk memenuhi tujuan dengan disertai ancaman / kekerasan.
a. Sebab – sebab terjadinya pertentangan
1) Perbedaan antar individu
2) Perbedaan kebudayaan
3) Perbedaan kepentingan
4) Perubahan sosial
BAB V
SOSIALISASI
A. Pengertian
Sosialisasi adalah proses belajar sesuai dengan nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu (pribadi). Dalam arti luas sosialisasi adalah proses pembelajaran masyarakat “menghantar” warganya masuk kedalam kebudayaan. Dalam arti sempit sosialisasi adalah seperangkat kegiatan masyarakat yang didalamnya imdividu – individu belajar dan diajar memahirkan diri dalam peranan sosial sesuai dengan bakatnya. Sosialisasi sangat ditentukan oleh kebudayaan suatu masyarakat
Tujuan sossialisasi adalah :
¤ Memberikan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan di tengah – tengah masyarakat.
¤ Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.
¤ Memampukan seseorang untuk mengendalikan fungsi – fungsi organic melalui latihan – latihan mawas diri yang tepat.
¤ Menanamkan kepada seseorang nilai – nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
B. Kepribadian sebagai hasil sosialisasi nilai dan norma
Kepribadian adalah cirri – cirri dan sifat – sifat yang mewakili sifat dan tabiat sebagai pola yang mencakup pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, mentalitas, yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.
Perkembangan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling mendukung yaitu :
1) Warisan biologis (heredity)
2) Warisan lingkungan alam (natural environment)
3) Warisan sosial (cosial heritage)
4) Kelompok manusia (group)
Unsure – unsure kepribadian meliputi pengetahuan, perasaan dan dorongan hati.
a) Pengetahuan
Unsure – unsure pengetahuan seseorang meliputi, persepsi, pengamatan, konsep dan fantasi untuk mengisi akal pikiran manusia yang sadar.
b) Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya, dinilai dari suatu keadaan (+, -).
c) Dorongan hati (Naluri) adalah kemauan yang merupakan kecenderungan pada setiap manusia untuk menanggapi suatu rangsangan.
Dorongan itu mencakup antara lain :
1) Dorongan mempertahankan hidup
2) Dorongan seks
3) Dorongan mencari makan
4) Dorongan bergaul
5) Dorongan meniru tingkah laku
6) Dorongan berbakti
C. Media sosialisasi
Ada 5 agen sosialisasi yang utama yaitu keluarga, kelompok bermain, lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan media massa, semuanya itu turut membentuk kepribadian seseorang sesuai dengan peranannya masing – masing.
1) Sosialisasi dalam keluarga
Arti penting keluarga sebagai agen sosialisasi pertama terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Dalam keluarga ada beberapa factor yang bersifat seolah – olah universal yang sangat penting bagi pembentukan kepribadian anak sebagai berikut :
a) Sifat oteriter orang tua
b) Larangan perkawinan sumbang (anatar keluarga sendiri)
c) Persaingan untuk mendapatkan kasih saying
2) Sosialisasi dalam kelompok
3) Sosialisasi dalam lingkungan sekolah
Agen sosialisasi bendir adalah sistem pendidikan formal terbukti sosialisasi melalui sistem pendidikan formal cukup efektif, karena disamping membaca, menulis dan berhitung, disekolah diajarkan juga mengenai kemandirian, prestasi dan universalisme.
4) Sosialisasi dalam lingkungan kerja
Dalam hubungan sosial di lingkungan kerja, setiap orang harus menjalankan peranan sesuai dengan kedudukannya. Nilai dan norma pergaulan sehari – hari tidak dapat diterapkan pada lingkungan kerja karena posisi / jabatan seseorang sangat mempengaruhi hubungan yang harus dijalankannya.
5) Sosialisasi melalui media massa
Pesan – pesan yang disampaikan melalui media eleltronik dapat juga mengarahkan khalayak ke arah perilaku proposia, maupun anti sosial. Media massa pun sering digunakan untuk mengukur, membentuk ataupun mempengaruhi pendapat umum.
D. Sosialisasi primer dan sekunder
Jenis – jenis sosialisasi menurut para ahli secara garis besar sebagai berikut :
¤ Sosialisasi primer
Ialah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi pintu bagi seseorang memasuki keanggotaan masyarakat.
¤ Sosialisasi sekunder
Adalah proses berikutnya yang memperkenalkan kepada individu tersebut, sektor – sektor baru dunia objektif masyarakat.
E. Pola – pola sosialisasi
1. Sosialisasi represif
Sosialiasi dengan cara ini menekankan penggunaan hukuman terhadap kesalahan sosialisasi dengan cara represi pun mempunyai cirri – cirri lain seperti penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, pada komunikasi yang bersifat 1 arah pada keinginan orang tua.
2. Sosialisasi partisipatif
Sosialisasi partispatif adalah suatu pola sosialisasi yang memberikan apa yang diminta anak berperilaku baik. Sarana yang paling ampuh adalah bahasa.
BAB VI
PERILAKU MENYIMPANG
A. Pengertian
Untuk dapat memahami perilaku menyimpang dengan baik perlu kita pahami pula perilaku tidak menyimpang / konformitas, konformitas dan penyimpangan adalah dua sisi yang satu positif dan yang lain negatif.
1) Konformitas
Konformitas adalah bentuk interaksi dimana seseorang berusaha untuk bertindak sesuai dengan norma – norma dan nilai – nilai yang berlaku di masyarakat.
2) Penyimpangan
Penyimpangan adalah kebalikan dari konformitas / disebut non konformitas. Penyimpangan terhadap norma dan nilai yang sudah baku di masyarakat disebut delisi. Sedangkan pelaku / individu yang melakukan penyimpangan disebut devian.
B. Bentuk – bentuk penyimpangan
1) Penyimpangan positif
Penyimpangan positif adalah penyimpangan yang terarah pada nilai – nilai sosial yang ideal (didambakan) walaupun cara / tindakan itu seolah – olah tampaknya menyimpang dari norma – norma yang berlaku, padahal sebenarnya tidak.
2) Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif ialah kecenderungan bertindak ke arah nilai – nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya pun selalu buruk. Contohnya, pencurian, perampokan, pelacuran, perkosaan.
Macam – macam perilaku menyimpang
- Menurut sifatnya
1) Penyimpangan primer dan sekunder
a) Penyimpangan primer adalah penyimpangan sosial yang bersifat sementara
b) Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan nyata dan sering terjadi sehingga akibatnya pun cukup parah serta mengganggu orang lain.
- Menurut pelakunya
1) Penyimpangan individu dan kelompok
a) Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan oleh individu tertentu terhadap norma – norma kebudayaan
b) Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap norma – norma masyarakat.
C. Jenis dan sebab penyimpangan
1) Jenis – jenis perilaku penyimpangan
a. Penyalahgunaan narkotika
Penyalahgunaan narkortika seseorang tidak dapat berpikir secara jernih lagi akibatnya setiap perbuatannya bertentangan dengan kesusilaan seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, pemerkosaan dengan kata lain narkotika dapat menyebabkan pengendalian diri berkurang baik fisik maupun kejiwaan.
b. Perkelahian pelajar
Masalah perkelahian pelajar berkaitan dengan krisis moral khususnya karena tindakan – tindakan ini berlawanan dengan norma – norma / kaidah – kaidah masyarakat maupun kaidah agama.
c. Hubungan seksual di luar nikah
Jenis hubungan seksual di luar nikah antara lain kumpul kebo, pelacuran dan pemerkosaan kumpul kebo adalah istilah untuk sepasang insan berlainan jenis yang hidup bersama selayaknya suami istri tanpa ikatan perkawinan yang sah.
d. Homoseksualitis
Homoseksualitis adalah kecenderungan seseorang untuk tertarik pada orang yang sejenis sebagai mitra seksual.
e. Alkoholisme
f. Pembunuhan
Pembunuhan adalah tindakan kriminal yang menghilangkan nyawa orang lain. Pembunuhan merupakan kejahatan berat yang tidak berperikemanusiaan dan akan dikenakan hukuman yang berat.
2) Sebab – sebab perilaku menyimpang
a) Ketidaksanggupan menyerap norma – noram kebudayaan
b) Proses belajar yang menyimpang
c) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
d) Ikatan sosial yang berlainan
e) Akibat proses sosialisasi nilai – nilai sub kebudayaan menyimpang
D. Teori perilaku menyimpang
1) Teori pergaulan berbeda
Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut teori ini, penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan diperoleh melalui proses alih budaya.
2) Teori labeling
Teori ini adalah pemberian cap, julukan, etiket, merk (biasanya negatif) kepada seseorang. Penyimpangannya ada 2 yaitu primer dan sekunder.
3) Teori fungsi
4) Teori konflik
Teori konflik berasal dari pandangan Karl Marx yang melihat kapitalisme sebagai sumber penyimpangan / kejahatan menurut teori ini kejahatan muncul akibat tidak meratanya distribusi terhadap sumber daya penting, situasi ini membuat berbagai pihak menjadi bagian dari sistem ini bersaing dengan berbagai macam cara.
5) Teori merton
Anomie dapat diartikan sebagai suatu situasi tanpa aturan yang dapat menimbulkan suatu sikap mental negatif, misalnya usaha mencapai tujuan secepatnya tanpa mengikuti kaidah yang ditentukan (menerobos).
Tipe cara adaptasi terhadap suatu situasi, yaitu :
a) Konformitas (conformity), mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat.
b) Inovasi (innovation), menerima tujuan yang sesuai dengan nilai – nilai budaya.
c) Ritualisme, Terjadi apabila seseorang menerima cara – cara yang diperkenankan secara cultural, namun menolak tujuan – tujuan kebudayaan. Jadi perbuatan ritualisme berpegang teguh pada kaidah – kaidah yang berlaku tetapi mengorbankan nilai sosial yang berlaku.
d) Pengasingan diri
Pengasingan diri terjadi apabila nilai – nilai sosial budaya yang berlaku tidak dapat tercapai melalui cara – cara yang diletakkan.
e) Pemberontakan
Terjadi apabila orang menolak sarana maupun tujuan yang disahkan oleh kebudayaan dan menggantikannya dengan yang lain.
BAB VII
PENGENDALIAN SOSIAL
A. Pengertian
Pengendalian sosial adalah cara dan proses pengawasan yang direncanakan / tidak direncanakan yang bertujuan untuk mengajak, mendidik, bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma dan nilai yang berlaku.
1. Sistem mendidik
2. Sistem mengajak bertujuan untuk mengarahkan agar perbuatan seseorang berdasarkan pada norma – norma dan tidak menurut kemauan individu – individu.
3. Sistem memaksa bertujuan untuk mempengaruhi secara tegas agar seseorang bertindak sesuai dengan norma – norma.
Pola proses pengendalian sosial
1) Pengendalian kelompok terhadap kelompok
2) Pengendalian sosial kelompok terhadap anggota – anggotanya
3) Pengendalian pribadi terhadap pribadi lainnya.
Pengendalian sosial sangat penting guna mengatasi adanya ketegangan dalam proses sosial. Ada 3 proses utama sosial yang perlu mendapat pengendalian sosial.
1) Ketegangan sosial antara adat istiadat dan kepentingan individu.
2) Keteganga sosial yang terjadi karena pertemuan keperluan – keperluan antara golongan khusus.
3) Ketegangan sosial yang terjadi karena golongan menyimpang sengaja menentang tata kelakuan.
B. Jenis – jenis pengendalian sosial
a. Pengendalian preventif adalah pencegahan terhadap terjadinya penyimpangan norma dan nilai.
b. Pengendalian represif fungsinya untuk mengembalikan keserasian yang terganggu akibat adanya pelanggaran norma.
c. Pengendalian sosial gabungan merupakan usaha unutk mencegah terjadinya penyimpangan dan mengembalikan norma – norma sosial.
d. Pengendalian resmi ialah pengawasan yang didasarkan atas penugasan oleh badan – badan resmi.
e. Pengendalian tidak resmi dilaksanakan demi terpeliharanya peraturan – peraturan yang tidak resmi milik masyarakat.
f. Pengendalian institusional ialah pengaruh yang dating dari suatu pola kebudayaan yang dimiliki lembaga lain.
g. Kepribadian berpribadi ialah pengaruh baik / buruk yang dating dari orang tertentu.
C. Cara dan fungsi pengendalian sosial
a) Pengendalian tanpa kekerasan
b) Pengendalian dengan kekerasan
Jenis pengendalian dengan kekerasan dapat dibedakan atas 2 jenis :
1. Kompulsi (pemaksaan)
2. Peruasi (pembimbingan)
Fungsi pengendalian sosial
a) Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma
b) Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma
c) Mengembangkan rasa malu
d) Mengembangkan rasa takut
e) Menciptakan sistem hukum
D. Peranan Pranata sosial dalam pengendalian sosial
Contoh pranata sosial
1) Kepolisisan (aparat resmi pemerintah) untuk menertibkan keamanan rakyat
2) Pengendalian (hakim, jaksa, panitera, polisi dan pengacara)
3) Tokoh adat, untuk membina dan mengendalikan sikap dan tingkah laku warga masyarakat agar sesuai dengan ketentuan adat
4) Tokoh agama (pendeta, ulama, biksu, ustadz, kiai) adalah orang yang memiliki pemahaman luas tentang agamanya dan menjalankan pengaruhnya sesuai dengan pemahaman tersebut.
5) Tokoh masyarakat, adalah setiap orang yang dianggap berpengaruh dalam kehidupan sosial suatu kelompok masyarakat
BAB VIII
PRANATA SOSIAL
A. Pengertian
Pranata sosial adalah sistem norma yang mengatur segala tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat.
Institusi adalah sistem norma / aturan yang ada. Sedangkan institut adalah wujud nyata / konkret dari norma – norma tersebut.
B. Penggolongna pranata sosial
a. Berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat
1) Basic institutions untuk mempertahankan pranata masyarakat
2) Subsidiary institutions dianggap pranata masyarakat yang kurang penting misalnya rekreasi.
b. Berdasarkan perkembangannya
1) Cresive institutions : tidak disengaja yang tumbuh dari adat istiadat masyarakat sehingga disebut juga pranata yang paling primer.
2) Enectid institutions : yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
1) Approved institutions : diterima oleh masyarakat (sekolah)
2) Unsanctioned institutions : yang mampu memberantasnya. Contoh : pemerasan, kejahatan dan pencolongan.
d. Berdasarkan penyebarannya
1) General institutions : (agama dan HAM)
2) Resticed institutions : hanya sebagian yang dikenal misalnya pranata agama Islam, Khatolik Krsiten, Hindu dan Budha.
e. Berdasarkan fungsinya
1) Cooperative institutions berfungsi menghimpun pola – pola untuk tujuan
2) Regulative institutions berfungsi mengawasi adat istiadat yang ada di dalam masyarakat
C. Proses pertumbuhan pranata sosial
Pranata sosial tumbuh karena kebutuhan masyarakat untuk tujuan keteraturan kehidupan bersama. Institusionalisasi adalah proses berjalan dan terujinya sebuah kebiasaan dalam masyarakat menjadi institusi pranata, yang akhirnya menjadi Patokan dalam kehidupan bersama.
Syarat untuk proses bertumbuhnya institusionalisasi
1) Diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat tanpa ada halangan yang berarti.
2) Norma tersebut menjiwai seluruh anggota masyarakat.
3) Norma tersebut harus mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat.
D. Ciri – cirri pranata sosial
1) Pranata sosial merupakan sistem pola pemikiran dan pola – pola perilaku yang tersusun / berstruktur.
2) Pranata sosial mencakup kebutuhan dasar (basic need)
3) Pranata sosial merupakan suatu cara (bertindak) yang mengikat
4) Pranata sosial memiliki suatu tingkat kekekalan tertentu
5) Pranata sosial mempunyai 1 atau beberapa macam tujuan
6) Pranata sosial mempunyai alat – alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan
7) Pranata sosial memiliki lambing – lambing / symbol – symbol sebagai cirri khasnya
8) Pranata sosial mempunyai tradisi tertulis maupun tidak
E. Fungsi pranata sosial
1) Menjaga keutuhan masyarakat
2) Memberikan pedoman bagi perilaku
3) Sebagai pedoman bagi kontrol sosial
Ada 5 jenis pranata sosial yang sangat penting
1) Pranata keluarga
Fungsinya untuk pengaturan hubungan biologis, reproduksi, sosialisasi, afeksi penentu status, perlindungan dan ekonomi.
2) Pranata pendidikan
¤ Bertindak sebagai perantara pemindahan warisan kebudayaan
¤ Mempersiapkan peranan sosial yang dikehendaki oleh individu
¤ Memberi landasan penilaian dan pemahaman status relatif
¤ Memperkuat penyesuaian diri dan mengembangkan hubungan sosial
¤ Meningkatkan kemajuan melalui keikutsertaan dalam riset – riset ilmiah
3) Pranata agama
Fungsi pokok
a) Membantu mencari identitas moral
b) Menjelaskan arah dan tujuan hidup manusia
c) Meningkatkan kwalitas kehidupan sosial dan mempererat kohesi sosial.
4) Pranata ekonomi
Fungsi umum
a) Mengatur produksi barang dan jasa
b) Mengatur distribusi barang dan jasa
c) Mengatur konsumsi barang dan jasa
5) Pranata politik
Fungsi pokok
a) Melambangkan norma melalui undang – undang
b) Melaksanakan undang – undang yang telah disetujui
c) Menyelesaikan konflik
d) Menyelenggarakan pelayaran umum
e) Melindungi warga negara
BAB IX
PELAPISAN SOSIAL
A. Pengertian
Pelapisan sosial adalah pembedaan masyarakat kedalam kelas – kelas secara vertical, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi sampai yang lebih rendah.
B. Proses terbentuknya pelapisan sosial
1) Secara tidak sengaja
Cirri – cirinya
1) Terbetuk sejalan dengan perkembangan masyarakat
2) Terbentuk diluar kontrol masyarakat yang bersangkutan
3) Terjadi sesuai dengan kondisi sosial budaya diwilayah tertentu
4) Keududukan seseorang dalam sesuatu lapisan beserta hak dan kewajibannya berlangsung secara otomatis
2) Secara sengaja
Pelapisan sosial macam ini menunjuk pada pelapisan sosial yang dibentuk oleh suatu kelompok sosial / masyarakat dalam rangka mengejar tujuan tertentu.
C. Kriteria pelapisan sosial
Criteria pelapisan sosila adalah tolak ukur yang menjadi dasar pembentukan pelapisan sosial. Dasar itu dianggap sebagai sesuatu yang berharga oleh masyarakat. Pada umumnya, sesuatu yang dianggap berharga itu berbeda – beda antara masyarakat yang satu dengan yang lain.
Pendapat para pakar tentang criteria pelapisan sosial
1. Soejono Soekanto : kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan.
2. Bernard Barber : jabatan / pekerjaan, wewenang / kekuasaan, pengetahuan, keagamaan, kedudukan
3. Paul B. Horton : Kekayaan, pekerjaan, pendidikan
D. Jenis – jenis pelapisan sosial
1. Menurut criteria ekonomi
¤ Keluarga prasejahtera (kps) dan keluarga sejahtera I (ksI) yaitu keluarga miskin
¤ Keluarga sejahtera II (ksII)
¤ Keluarga sejahtera III (ksIII)
¤ Keluarga sejahtera III + (KSIII plus) yaitu keluarga yang kaya
2. Pelapisan sosial menurut criteria sosial
a) Pelapisan sosial di desa
Ditentukan oleh keturunan / kelahiran terutama menyangkut keturunan pembuka tanah.
b) Pelapisan sosial di kota
Diukur dari prestasi dan prestise.
Pengelompokkan masyarakat menurut criteria sosial
a. Pelapisan sosial tertutup
Sistem pelapisan sosial tertutup (closed social stratification) menunjuk pada pelapisan sosial yang tidak memungkinkan warga masyarakat rendah dari lapisan satu ke lapisan lain.
b. Pelapisan sosial terbuka
Sistem pelapisan sosial terbuka (open social stratification) menunjuk pada pelapisan sosial yang membuka kesempatan warganya untuk turun naik antara lapisan.
3. Pelapisan sosial menurut criteria politik
Pelapisan sosial menurut criteria politik membedakan masyarakat menjadi pihak yang berkuasa dan pihak yang dikuasai.
E. Pengaruh status dan peranan sosial bagi tindakan dan interaksi sosial
1) Status sosial
Status sosial adalah posisi seseorang dalam masyarakat dalam hubungannya denga orang lain, baik mencakup perilaku, hak, maupun kewajiban.
Pada dasarnya status sosial dibedakan menjadi 3 macam :
1) Status yang diusahakan
Kedudukan di tengah masyarakat yang diraih melalui usaha – usaha sendiri yan disengaja.
2) Status yang digariskan
Melalui kelahiran / keturunan
3) Status yang diberikan
2) Peranan sosial
Peranan sosial adalah rangkaian norma dan perilaku yang dijalankan seseorang sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat.
Peranan sosial dapat kita bedakan menjadi 4 macam yaitu :
1) Peranan pilihan
Peranan yang hanya dapat diperoleh melalui usaha tertentu
2) Peranan bawaan
Peranan yang diperoleh secara otomatis bukan karena usaha tertentu
3) Peranan yang diharapkan
Peranan yang dilaksankan sesuai denga ketentuan yang telah ditetapkan bersama
4) Peranan yang disesuaikan
Peranan yang dilaksanakan sesuai situasi
3) Keterikatan symbol status
Symbol status menunjuk pada seperangkat perilaku yang menandai status seseorang.
Pengaruh status sosial dan peranan sosial terhadap tindakan dan interaksi sosial terangkum dalam 3 gejala yaitu
a) Terbentuknya symbol status
Symbol status warga ditentukan oleh gaya hidupnya
b) Terjadinya integrasi status dan peranan sosial
Integrasi dengan status dan peranan sosial dan pasif. Pasif = menerima status dan peranan secara paksa, aktif = meneria status dan peranan secara sukarda dan sadar.
c) Munculnya konflik status dan peranan sosial
Muncul dalam situasi kegagalan dan penolakan status dan peranan sosial.
BAB X
DIFERENSIASI SOSIAL
A. Pengertian
Diferensiasi sosial adalah pembedaan penduduk / warga masyarakat kedalam golongan – golongan / kelompok – kelompok secara horozontal. Diferensiasi sosial mengaku pada pembagian sosial secara horizontal. Pelapisan sosial mengaku pada pembagian sosial secara vertical. Kaitan antara keduanya sama – sama berhubungan dengan masalah hak dan kewajiban yang diperoleh setiap anggota masyarakat.
Yang menjadi tekanan dalam pengertian diferensiasi sosial ialah pengarah adanya pembedaan antara hak, kewajiban dan tanggung jawab masing – masing orang.
B. Bentuk – bentuk diferensiasi sosial
Secara biologis
¤ Diferensiasi jenis kelamin / sex differentiation
¤ Diferensiasi umur / age differentiation
¤ Diferensiasi ras / racial differentiation
¤ Diferensiasi intelektual / intellectual differentiation
Berdasarkan dengan kondisi sosio – kulturalnya
¤ Diferensiasi suku bangsa / tribal differentiation
¤ Diferensiasi agama / religion differentiation
¤ Diferensiasi klan / clan differentiation
¤ Diferensiasi profesi / profession differentiation
Pembagian 2 macam kondisi yang membedakan antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain dengan tanpa memperhatikan adanya lapisan / strata tersebut akan kita pelajari satu persatu bahasan berikut.
A) Diferensiasi berdasarkan kondisi biologis
a) Diferensiasi jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin laki – laki / perempuan mempengaruhi perolehan hak dan kewajiban dalam banyak aspek, seperti kondisi kerja, kehidupan, ekonomi dan politik dan lain – lain.
b) Diferensiasi umur
Masyarakat yang berbeda umur tidak hanya ada pada situasi masyarakat tradisional, tetapi juga pada masyarakat feodal dan masyarakat modern.
c) Diferensiasi intelektual
Diferensiasi intelektual yaitu perolehan hak dan kewajiban yang berbeda bagi setiap anggota masyarakat secara horizontal atas dasar perbuatan kepandaian.
d) Difernsiasi ras
Ras adalah kategori untuk sekelompok individu yang secara turun – temurun memiliki cirri fisik dan biologis tertentu yang sama.
Jenis ras
¤ Kaukasoid, mongoloid, Negroid, dan ras khusus
¤ Berdasarak warna kulit
¤ Papua, melonozoid
¤ Negroid
¤ Weddoi, dan
¤ Melayu mongoloid
B) Berdasarkan kondisi sosio – cultural
a) Diferensi suku bangsa
Cirri khas yang sama setiap suku bangsa : adat istiadat, bahasa, religi, dan kepercayaan. Cirri – cirri fisik dan kesamaan dalam tata nilai budaya.
b) Diferensi agama
Mempunyai 2 aspek : hubungan manusia dengan Tuhan dan dengan dunia.
c) Diferensi klan
Klan adalah sekelompok kekerabatan yang terdiri dari 1 nenek moyang melalui keturunan. Memiliki 2 sistem yaitu potrilintal dan matrilintal
.
d) Diferensi profesi
Diferensiasi profesi adalah perolehan hak dan kewajiban yang berbeda karena perbedaan profesi masing – masing.
BAB XI
MOBILITAS SOSIAL
A. Pengertian
Mobilitas sosial adalah gerak perpindahan seseorang / sekelompok warga dari status sosial yang I sampai ke status sosial yang lain.
B. Pendorong mobilitas sosial
(1) Struktur
Factor struktur dapat kita rinci menjadi 2 hal yaitu :
a. Struktur pekerjaan
Masyarakat yang mengandalkan kehidupan ekonominya pada bidang pertanian dan bahan baku cenderung memperluas lapangan kerja ditingkat bawah dan membatasi lapangan kerja ditingkat menengah keatas.
b. Perbedaan tingkat kelahiran
Tingkat kelahiran pada masyarakat berstatus sosial rendah umumnya telah tinggi dibandingkan dengan tingkat kelahiran pada masyarakat, berstatus sosial menengah keatas.
(2) Individu
dalam kelompok sosial yang menghargai kemampuan / profesi analisme, mobilitas sosial cenderung tinggi. Terdapat pada masyarakat modern, seperti masyarakat perkotaan.
C. Bentuk mobilitas sosial
1) Mobilitas horizontal
Merupakan perpindahan status sosial yang dialami seseorang / sekelompok warga dalam lapisan sosial yang sama.
2) Mobilitas vertical
Merupaka perpindahan status sosial yang dialami seseorang / sekelompok warga pada lapisan yang berbeda. Cirri utama gerak semacam ini adalah terjadinya naik / turun dari lapisan sosial yang satu ke lapisan yang lain.
Cirri – cirri yang menandai mobilitas certikal antara lain
¤ Terjadi pada masyarakat manapun (lapisan terbuka / tertutup)
¤ Menurut norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan akibatnya antara lain :
1) Tidak terlaksana sebebas – bebasnya
2) Mobilitas tidak terlaksana berbeda antara masyarakat yang satu ke yang lain.
¤ Kondisi politik dan ekonomi
¤ Berlangsung melalui saluran – saluran dalam masyarakat.
3) Mobilitas antar generasi
Mobilitas antar generasi dapat dibedakan menjadi 2
a. Mobilitas intergenerasi
Merupakan peralihan status sosial yang terjadi diantara beberapa generasi. Mobilitas intergenerasi merupakan mobilitas vertical (menurun)
b. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi merupakan peralihan status sosial yang terjadi dalam generasi yang sama.
D. Konsekuensi mobilitas sosial
1. Konflik
Adanya konflik ditandai oleh benturan anatar beberapa nilai berserta kepentingan tertentu.
Konflik dapat dibedakan menjadi
a. Konflik antar kelas sosial
b. Konflik antar kelompok sosial
c. Konflik antar generasi
2. Penyesuaian
Penyesuaian terhadap perubahan yang dibawa mobilitas sosial antara lain :
a. Perlakuan baru masyarakat terhadap kelas sosial, kelompok sosial
b. Penerimaan individu akan kedudukannya yang baru
c. Pergantian dominasi dalam suatu kelas sosial masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Nama : Lailatul Istiqomah
e-mail : lailatulistiqomah261@gmail.com
facebook : ronalda
no.hp : 085859364014
alamat : RT 03 RW 94 Dsn wungurejo Desa Sidorejo Kec Rowokangkung Kab Lumajang.