Pages

Sabtu, 30 November 2013

pengertian intonasi

Asalamualaikum...................bagi orang beragama islam dan selamat datang bagi orang selain beragama islam.
 
Intonasi adalah “...the assemble of pitch variations in speech caused by the varying periodicity in the vibrations of the vocal cords.” ‘rangkaian variasi nada dalam tuturan yang disebabkan oleh vibrasi pita suara’(‘t Hart, Collier, dan Cohen, 1990:2). Batasan yang diberikan oleh ‘t Hart, Collier, dan Cohen di atas mengimplikasikan bahwa, pertama, intonasi dimanifestasikan dalam wujud nada. Oleh sebab itu, unsur yang terpenting dalam sistem intonasi bahasa adalah nada, lebih lengkapnya variasi nada. Kedua, nada secara fisiologis dihasilkan melalui getaran pita suara yang terletak di dalam laring organ alat ucap. Getaran pita suara ini pulalah yang menyebabkan pergeseran pertikel udara yang kemudian menghasilkan bunyi.

Intonasi merupakan fenomena bahasa yang universal. Semua bahasa memiliki sistem intonasi kecuali Amahuaca, yaitu sebuah bahasa yang menurut Bolinger (1964) tidak memiliki sistem intonasi (Lehiste, 1970:100). Walaupun intonasi merupakan fenomena universal, setiap bahasa memiliki karakteristik yang khas yang belum tentu dimiliki oleh bahasa-bahasa lain. Boleh dikata tidak ada dua bahasa yang benar-benar memiliki karakateristik intonasi yang sama persis.
Pada dasarnya intonasi tidak dapat mengubah makna leksikal (Lehiste, 1970:96). Walaupun demikian, dalam komunikasi lisan intonasi tetap memiliki fungsi yang penting. Pertama, intonasi dapat memberi signal sintaktis. Kedua, intonasi dapat memberi signal semantis (Ball dan Muller, 2005:108). Alwi et al. (2003:55) menyatakan bahwa pada semua bahasa, nada memberikan informasi sintaksis. Penelitian Sugiyono (2003a) terhadap bahasa Melayu Kutai telah membuktikan bahwa ciri prosodik pola intonasi merupakan penanda kontras antara kalimat deklaratif dan interogatif. Hasil penelitian serupa terhadap bahasa Jawa ragam Keraton Yogyakarta yang dilakukan Rahyono (2003) menyatakan bahwa alir nada dalam intonasi adalah unsur yang mengontraskan modus kalimat. Hasil-hasil penelitian tersebut sejalan pula dengan hasil kajian Halim (1984) yang telah membuktikan bahwa dalam bahasa Indonesia intonasi memiliki fungsi demarkatif, yaitu merupakan alat penting sebagai pembatas konstituen topik dan sebutan. Pada tataran semantis, intonasi dapat memberi informasi bagian mana yang menjadi informasi baru (new information) dan informasi lama (given information) (Ball dan Muller, 2005:108) atau mana yang menjadi fokus informasi dan mana yang bukan menjadi fokus informasi. Dalam intonasi, biasanya, bagian yang memuat informasi baru atau fokus informasi diberi tekanan.
Ketiga, pada tataran pragmatis berdasarkan pengalaman empiris dalam percakapan sehari-hari, pendengar sering memberi perhatian khusus terhadap intonasi penutur. Pike menyatakan bahwa makna intonasi sering kali lebih diperhatikan daripada makna leksikal. Orang lebih tertarik memperhatikan sikap penutur (attitude); apakah seorang penutur mengatakan sesuatu dengan senyum atau dengan sinis (Pike, 1945:20). Dari penjelasan tadi, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi intonasi adalah sebagai penanda kesantunan dan emotif. Selain itu, Pike menjelaskan pula bahwa perbedaan konfigurasi nada dalam ujaran dapat mengimplikasikan perubahan hubungan penutur dan kalimatnya atau kalimat terhadap lingkungannya (Pike, 1945:20). Contohnya, sikap ragu-ragu seseorang dapat disignalkan oleh intonasinya.
Keempat, ditinjau dari kacamata sosiolinguistik, intonasi dapat memberi gambaran adanya kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Penelitian Syarfina (2008) terhadap bahasa Melayu Deli membuktikan bahwa ciri-ciri akustik dalam intonasi merupakan pemarkah kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu, sangat mungkin pula identitas asal daerah teridentifikasi dari intonasinya. Ball dan Muller menjelaskan,”All languages will have a set number of different possible nuclear pattern; and these are also likely to differ from dialect to dialect“(Ball dan Muller, 2005:108)
Kelima, dari sudut pandang wacana lisan, intonasi merupakan unsur yang tidak dapat diabaikan karena intonasi merupakan salah satu pilar utama dalam wacana lisan. Dalam praktik berbahasa sehari-hari bersama dengan unsur-unsur bahasa lainnya seperti unsur leksikal, tata kalimat, dan tekanan; intonasi ikut pula membangun kohesi wacana dalam komunikasi lisan (Halim, 1984:1). Ketidakakuratan pemakaian pola intonasi dalam konteks komunikasi tertentu maupun penafsirannya dapat menyebabkan kegagalan penyampaian dan pemaknaan pesan (pragmatic failure). Oleh sebab itu, pengetahuan, penguasaan, dan kepekaan terhadap intonasi merupakan suatu keharusan seorang penutur bahasa jati.
Keenam, kaitannya dengan pemelajaran bahasa, pengetahuan tentang intonasi dapat membantu seseorang yang sedang mempelajari suatu bahasa untuk dapat berbicara mendekati karakteristik tuturan penutur asli bahasa yang sedang dipelajari.
Dari paparan di atas, secara teoretis dapat disimpulkan bahwa kajian tentang intonasi menjadi sangat penting. Selayaknya setiap bahasa memiliki deskripsi yang lengkap berkaitan dengan sistem intonasi. Akan tetapi, di banyak negara kajian intonasi hingga kini belum cukup memuaskan jika dibandingkan dengan kajian-kajian dalam ilmu linguistik lainnya. Masalah serupa terjadi pula di Indonesia. Kajian tentang intonasi bahasa di Indonesia masih menjadi barang langka.
Dengan adanya ketimpangan yang tadi disebutkan, beberapa peneliti Indonesia maupun dari luar telah melakukan kajian intonasi di Indonesia dengan mendalam. Mereka adalah Alisjahbana, Armijn Pané, A.A. Fokker, Suparno (Baca Rahyono, 2003 &Sugiyono, 2003), Halim (1969, 1974, dan 1984), Samsuri (1971), Alieva et al. (1991), Ebing (1997), Rahyono (2003), Sugiyono (2003), Stoel (dalam Heuven & Ellen van Zanten, 2007), Syarfina (2003), dan Sustiyanti (2009). Selain itu, terdapat pula bahasan intonasi secara sepintas dalam Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:84-86) dan Moeliono (1989). Namun, jika diukur dengan parameter jumlah bahasa yang hidup di Indonesia, hingga kini usaha-usaha penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas belum menutupi kerumpangan kajian intonasi di Indonesia. Masalah lain adalah kajian-kajian di atas masih terfokus pada bahasa Indonesia sebagai objek kajian, sedangkan bahasa-bahasa daerah belum diteliti secara mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Nama : Lailatul Istiqomah
e-mail : lailatulistiqomah261@gmail.com
facebook : ronalda
no.hp : 085859364014
alamat : RT 03 RW 94 Dsn wungurejo Desa Sidorejo Kec Rowokangkung Kab Lumajang.